Monday, June 15, 2015

Abu al-Abbas bin Muhammad bin Kalir al-Farghani

     Al-Farghani adalah seorang ahli astronomi muslim yang sangat berpengaruh. Nama lengkapnya adalah Abu al-Abbas bin Muhammad bin Kalir al-Farghani. Di Barat, para ahli astronomi abad pertengahan mengenalnya dengan sebutan al-Farghanus. 

     Al-Farghani berasal dari Farghana, Transoxania. Farghana adalah sebuah kota di tepi sungai Sardaria, Uzbekistan. Ia hidup di masa pemerintahan khalifah al-Ma'mun (813-833) hingga masa kematian al-Mutawakkil (847-881). Al-Farghani sangat beruntung hidup di dua masa tersebut karena pemerintah kekhalifahan memberi dukungan penuh bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Buktinya, sang khalifah membangun sebuah lembaga kajian yang disebut Akademi al-Ma'mun, dan mengajak al-Farghani untuk bergabung. Bersama para ahli astronomi lain, ia diberi kesempatan menggunakan peralatan kerja yang sangat canggih pada masa itu. Ia memanfaatkan fasilitas yang ada untuk mengetahui ukuran bumi, meneropong bintang, dan menerbitkan laporan ilmiah. Pada tahun 829, al-Farghani melakukan penelitian di sebuah observatorium yang didirikan oleh khalifah al-Ma'mun di Baghdad. Ia ingin mengetahui diameter bumi, jarak, dan diameter planet lainnya. Pada akhirnya, ia berhasil menyelesaikan penelitian tersebut dengan baik.

     Al-Farghani juga termasuk orang yang turut memperindah Darul Hikmah al-Ma'mun dan mengambil bagian dalam proyek pengukuran derajat garis lintang bumi. Al-Farghani juga berhasil menjabarkan jarak dan diameter beberapa planet. Pada masa itu, hal tersebut merupakan pencapaian yang sangat luar biasa.

     Hasil penelitian al-Farghani di bidang astronomi ditulisnya dalam berbagai buku. Harakat as-Samawiyya wa Jawami Ilm an-Nujum (Asas-Asas Ilmu Bintang)adalah salah satu karya utamanya yang berisi kajian bintang-bintang. Sebelum masa Regiomontanus, Harakat as-Samawiyya wa Jawami Ilm an-Nujum adalah salah satu buku yang sangat berpengaruh bagi perkembangan astronomi di Eropa.

     Di dalam buku tersebut, al-Farghani memang mengadopsi sejumlah teori Ptolemaeus, tapi ia mengembangkanya lebih lanjut hingga membentuk teorinya sendiri. Tak heran, Harakat a-Samawiyya wa Jawami Ilm an-Nujum mendapatkan respon yang positif dari para ilmuwan muslim dan non muslim. Buku ini pun diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Harakat as-Samawiyya wa Jawami Ilm an-Nujum yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris mengalami perubahan judul menjadi The Elements of Astronomy. Pada abad XII, buku ini diterjemahkan pula dalam dua versi bahasa Latin. Salah satunya diterjemahkan oleh John Seville pada tahun 1135, sebelum kemudian direvisi oleh Regiomontanus pada tahun 1460-an. Sebelum tahun 1175, karya ini juga sempat diterjemahkan oleh Gerard Ceremona.
Biografi Al-Farghani: Perintis Astronomi Modern
     Selanjutnya, Dante melengkapi karya al-Farghani ini dengan menambahkan pendapatnya tentang astronomi dan memasukkan karyanya yang berjudul La Vita Nuova. Seorang ilmuwan Yahudi yang bernama Jacob Anatoli juga menerjemahkan karya ini dalam bahasa Yahudi, dan menjadi terjemahan latin versi ketiga (1590). Pada tahun 1669, Jacob Golius menerbitkan teks Latin yang baru. Bersamaan dengan itu, sejumlah ringkasan karya al-Farghani telah beredar di kalangan para ilmuwan. Di kemudian hari, The Elements of Astronomy diakui sebagai sebuah karya yang sangat berpengaruh bagi para ilmuwan masa itu.

     Tidak hanya aktif di bidang astronomi, al-Farghani juga aktif di bidang lain, seperti teknik. Seorang ilmuwan yang bernama Ibnu Tughri Birdi berkata bahwa al-Farghani pernah ikut melakukan pengawasan pada proyek pembangunan Great Nilometer di Kairo Lama (861). Nilometer adalah sebuah alat pengukur pasang-surut air sungai Nil. Alat ini dibangun di pulau Roda, sebuah pulau yang terletak di sebelah selatan Kairo. Nilometer berbentuk tiang yang mampu mencatat ketinggian air. Bangunan tersebut berhasil diselesaikan bersamaan dengan meninggalnya khalifah al-Mutawwakil, sang pencetus pembagunan Nilometer.

     Al-Farghani juga pernah ditugaskan melakukan pengawasan pada sebuah proyek penggalian kanal di kota baru, al-Ja'fariyya, yang terletak berdekatan dengan Samaran di daerah Tigris. Proyek tersebut bernama Kanal al-Ja'fari. Saat itu, al-Farghani memerintahkan para pekerja untuk membuat bagian hulu kanal lebih dalam dari pada bagian yang lain. Dengan begitu, tidak akan ada air yang mengaliri kanal tersebut, kecuali jika permukaan air sungai Tigris sedang pasang. Kebijakan al-Farghani ini sempat membuat khalifah marah, namun hitungan al-Farghani kemudian dibenarkan oleh seorang pakar teknik yang berpengaruh, Sind bin Ali. Akhirnya, sang khalifah mau menerima kebijakan tersebut. Dalam bidang teknik, al-Farghani juga membuat karya dalam bentuk buku, yaitu Kitab al-FusulIkhtiyar al-Majisti, dan Kitab 'Amal al-Rukhamat.

     Karya utama al-Farghani yang berbahasa Arab masih tersimpan baik di Oxford, Paris, Kairo, dan di perpustakaan Universitas Princeton. Atas karya dan jasanya yang begitu banyak, nama al-Farghani dikenal sebagai salah satu perintis astronomi modern. Al-Farghani adalah tokoh yang memperkenalkan sejumlah istilah astronomi asli Arab pada dunia, seperti azimuthnadir, dan zenith.

Sumber : http://serunaihati.blogspot.com/

Abu Ma'shar, Ja'far bin Muḥammad al-Balkhi

Abu Masyar Ja’far Ibnu Muhammad Ibnu Umar juga dikenal sebagai al-Falaki atau Ibn Balkhi, Latin sebagai Albumasar, Albusar, atau Albuxar adalah astronom dan filsuf Islam asal Persia. Ia dianggap sebagai Astronom terbesar dari Abbasiyah di Baghdad. Ia menulis sejumlah buku pedoman praktis tentang astrologi,  Karya-karyanya ditulis dalam bahasa Arab dan Persia.

Abu Ma'shar al-Balkhi lahir 10 Agustus 787 (abad IX) di Balkh, Khurasan Balkh, sebuah kota di sebelah timur Khurasan. Abu Ma’shar ahli astronomi dan astrologi. Astrologi yang dimaksudkan di sini adalah yang berhubungan dengan rasi bintang, bukan ilmu nujum. Setelah menyelesaikan studi Tradisi Islam Klasik di Baghdad, Abu Ma’shar mencurahkan seluruh perhatiannya untuk memelajari astronomi dan astrologi.

Sejak remaja, Abu Ma’shar sudah memelajari tradisi kuno Arab. Ia terus memperdalam pengetahuannya di bidang itu sambil memelajari bidang lain, seperti astronomi. Pada masa itu, ilmu astrologi belum dihubungkan dengan ilmu nujum. Abu Ma’shar menguasai astrologi yang bermuatan sains. Ia menghasilkan sejumlah karya astrologi yang banyak dipengaruhi prinsip dasar dan hukum-hukum astronomi. Karyanya itu berisi sejumlah pengamatan yang telah dilakukannya, salah satunya adalah mengamati komet. Sehubungan dengan hal itu, Tycho Brahe berpendapat bahwa Abu Ma’shar adalah ilmuwan pertama yang menyanggah pendapat Aristoteles bahwa dia telah mengamati komet-komet di sfera Planet Venus. Tycho Brahe menulis pendapat tersebut dalam bukunya yang berjudul Progymnastica.

Abu Ma’shar juga pernah menghasilkan sebuah himpunan Tabel Astronomi (Zij) dan sebuah risalah yang terdiri dari delapan buku. Risalah yang berjudul al-Madkhali al-Kabir il Ilm al-Nujum (Pengantar Besar ke Ilmu Astrologi) ini telah dua kali diterjemahkan dalam bahasa Latin. Pertama, oleh Johanes Hispalensis pada tahun 1130. Kedua, oleh Hermanus Secundus pada tahun 1150.

Keberadaan karya-karya Abu Ma’shar sangat memengaruhi para ilmuwan Timur dan Barat. Pada abad pertengahan, para ilmuwan Eropa memelajari Hukum Pasang Surut Air Laut dari buku Abu Ma’shar. Dalam penjelasan itu terdapat beberapa uraian yang sangat mengagumkan karena sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh sejumlah ilmuwan modern. Misalnya, teori tentang pengaruh bulan terhadap angin dan curah hujan. Hingga kini, karya tersebut masih sering dijadikan bahan rujukan oleh para ahli matematika dan geografi. Selain menguasai ilmu perbintangan, Abu Ma’shar al-Balkhi dikenal pula sebagai seorang filosof.

Abu Masyar Ja’far Ibnu Muhammad Ibnu Umar wafat pada pada 9 Maret 886 Wasit, Irak.


Contoh naskah Abu Ma'shar pada astrologi, 850 AD
Contoh naskah Abu Ma'shar
pada astrologi, 850 AD
Pengenalan untuk astrologi 
  • Kitab al-mudkhal al-Kabir pengenalan astrologi yang menerima banyak terjemahan ke bahasa Latin dan Yunani mulai dari abad ke-11. Ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap filsuf Barat, seperti Albertus Agung.
  • Kitab Mukhtasar al-mudkhal, sebuah versi singkat di atas, kemudian diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Adelard of Bath.

Astrologi sejarah

  • Kitab al-Milal wa-l-ʾ Duwal ("Buku tentang agama dan dinasti")
  • Fi dzikir ma tadullu ʿ alayhi al-ashkhāṣ al-ʿ ulwiyya ("Pada indikasi adanya benda-benda langit"),
  • Kitab al-ʿ dalālāt ala al-ittiṣālāt wa-al-qirānāt kawākib ("Kitab indikasi adanya konjungsi planet"),
  • Kitab al-ulūf ("Kitab ribu"), diawetkan hanya dalam ringkasan oleh Sijzī. 
  • Kitāb taḥāwīl Sini al-'alam (Bunga-bunga Abu Ma'shar), menggunakan horoskop untuk memeriksa bulan dan hari dalam setahun. Itu adalah petunjuk bagi astrolog. Hal itu diterjemahkan di abad ke-12 oleh John of Seville. 

Genethlialogy

  • Kitāb taḥāwil Sini al-mawālīd ("Kitab revolusi dari tahun nativities"). diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani pada 1000, dan dari bahwa terjemahan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-13.
  • Kitāb al-Rijal mawālīd wa-ʾ l-Nisa ʾ ("Kitab nativities pria dan wanita"), yang beredar luas di dunia Islam. 

Buku yang tersedia dalam bahasa Latin dan terjemahan Yunani 

  • De Magnis coniunctionibus, ed.-transl. K. Yamamoto, Ch. Burnett, Leiden, 2000, 2 jilid. (Arabic & teks Latin)
  • De revolutionibus nativitatum, ed. D. Pingree, Leipzig, 1968 (teks Yunani)
  • Liber florum Diterjemahkan oleh James Herschel Holden di Lima Astrolog Medieval (Tempe, Az:. AFA, Inc, 2008): 13-66.
  • Introductorium Maius, ed. R. Lemay, Napoli, 1995-1996, 9 jilid. (Arabic text & dua terjemahan Latin)
  • Ysagoga minor, ed.-transl. Ch. Burnett, K. Yamamoto, M. Yano, Leiden-New York, 1994 (Arab & Latin text)
Sumber : http://blogpenemu.blogspot.com/