Saturday, January 31, 2015

Sejarah NU


     Kalangan pesantren gigih melawan kolonialisme dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatut Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada tahun 1916. Kemudian tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri (Kebangkitan Pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Selanjutnya didirikanlah Nahdlatut Tujjar, (Pergerakan Kaum Sudagar) yang dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagi kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.
 
     Sementara itu, keterbelakangan, baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan Kebangkitan Nasional. Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana--setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain, sebagai jawabannya,  muncullah berbagai organisai pendidikan dan pembebasan.
 
     Ketika Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yakni mazhab wahabi di Mekah, serta hendak menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam maupun pra-Islam, yang selama ini banyak diziarahi karena dianggap bi'dah. Gagasan kaum wahabi tersebut mendapat sambutan hangat dari kaum modernis di Indonesia, baik kalangan Muhammadiyah di bawah pimpinan Ahmad Dahlan, maupun PSII di bahwah pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto. Sebaliknya, kalangan pesantren yang selama ini membela keberagaman, menolak pembatasan bermadzhab dan penghancuran warisan peradaban tersebut.
 
     Sikapnya yang berbeda, kalangan pesantren dikeluarkan dari anggota Kongres Al Islam di Yogyakarta 1925, akibatnya kalangan pesantren juga tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu'tamar 'Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekah yang akan mengesahkan keputusan tersebut.
 
     Didorong oleh minatnya yang gigih untuk menciptakan kebebsan bermadzhab serta peduli terhadap pelestarian warisan peradaban, maka kalangan pesantren terpaksa membuat delegasi sendiri yang dinamai dengan Komite Hejaz, yang diketuai oleh KH. Wahab Hasbullah.
 
     Atas desakan kalangan pesantren yang terhimpun dalam Komite Hejaz, dan tantangan dari segala penjuru umat Islam di dunia, Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya. Hasilnya hingga saat ini di Mekah bebas dilaksanakan ibadah sesuai dengan madzhab mereka masing-masing. Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama, yang berhasil memperjuangkan kebebasan bermadzhab dan berhasil menyelamatkan peninggalan sejarah serta peradaban yang sangat berharga.
 
     Berangkat dari komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kiai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh KH. Hasyim Asy'ari sebagi Rais Akbar.
 
     Untuk menegaskan prisip dasar orgasnisai ini, maka KH. Hasyim Asy'ari merumuskan Kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam Khittah NU , yang dijadikan dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.

Dari : http://www.nu.or.id/

Pengertian Aqidah Islam

     Aqidah secara bahasa berasal dari kata (  عقد) yang berarti ikatan atau Perjanjian at-tautsiiqu (التَّوْثِيْقُ) yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu (اْلإِحْكَامُ) yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah (الرَّبْطُ بِقُوَّةٍ) yang berarti mengikat dengan kuat. 
     Secara istilah adalah keyakinan hati atas sesuatu. Kata ‘aqidah’ tersebut dapat digunakan untuk ajaran yang terdapat dalam Islam, dan dapat pula digunakan untuk ajaran lain di luar Islam. Sehingga ada istilah aqidah Islam, aqidah nasrani; ada aqidah yang benar atau lurus dan ada aqidah yang sesat atau menyimpang, dengan begitu bisa juga kita simpulkan ada akidah yang benar atau lurus dan ada akidah yang sesat atau salah. 
     Dalam ajaran Islam, aqidah Islam (al-aqidah al-Islamiyah) merupakan keyakinan atas sesuatu yang terdapat dalam apa yang disebut dengan rukun iman, yaitu keyakinan kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta taqdir baik dan buruk. 
     Begitulah konsep ketuhanan yang harus diyakini oleh seseorang yang mengaku berakidah Islam, mengtauhidkanNya tanpa ada keraguan sedikitpun didalamnya.

Tuesday, January 13, 2015

Jenis-Jenis Batuan

Berdasarkan proses terjadinya batuan dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
1. Batuan beku.
    Batuan beku terbentuk ketika magma yang bergerak ke permukaan bumi mengalami proses pendinginan.
2. Batuan Sedimen.
    Batuan sedimen atau endapan adalah hasil pelapukan yang diangkut kemudian diendapkan ditempat baru sehingga membentuk batuan. berdasarkan proses terbentuknya, batuan sedimen dibagi atas :
    a. Batuan sedimen klastik.
        Batuan sedimen klastik merupakan batuan sedimen yang susunan kimiawinya sama dengan batuan asal.
     b. Batuan sedimen kimiawi.
         Batuan sedimen kimiawi terbentuk karena adanya proses kimia pada saat pengendapannya, seperti oksidasi, dehidrasi, penguapan, pekarutan dan lain-lain.
    c. Batuan sedimen organik.
        Batuan sedimen organik terbentuk karena dalam proses pengendapannya mendapat bantuan dari organisme seperti bekas rumah atau cangkang, bangkai binatanglaut seperti kerang, terumbu karang, tulang belulang, lapisan humus, kotoran burung guano dan lain-lain.
3. Batuan malihan/metamorf.
    Batuan malihan/metamorf batuan ini terbentuk karena adanya penambahan suhu dan atau tekanan yang sangat tinggi.

     

Monday, January 12, 2015

Santri Pahlawan*

Santri adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan Ilmu Agama Islam di suatu tempat yang dinamakan Pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai yaitu menguasai ilmu-ilmu agama yang diajarkan dipesantren tersebut. Menurut bahasa, istilah santri berasal dari bahasa Sanskerta, shastri yang memiliki akar kata yang sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan. Ada pula yang mengatakan berasal dari kata cantrik yang berarti para pembantu begawan atau resi, seorang cantrik diberi upah berupa ilmu pengetahuan oleh begawan atau resi tersebut. Tidak jauh beda dengan seorang santri yang mengabdi di Pondok Pesantren, sebagai konsekuensinya ketua Pondok Pesantren memberikan tunjangan kepada santri tersebut. Santri dipandu oleh seorang atau beberapa orang Kyai untuk mengembangkan keilmuannya sehingga santri berhak mendapatkan sanad dari kyai-kyai tersebut.
Kata Pahlawan berasal dari bahasa Sanskerta: phala-wan yang berarti orang yang dari dirinya menghasilkan buah (phala) yang berkualitas bagi bangsa, negara, dan agama. Sehingga orang yang menonjol karena keberaniannya dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, atau pejuang yang gagah berani.
Santri Pahlawan adalah santri yang mau berjuang untuk menegakkan syariat Allah dengan kemampuan keilmuan yang dimilikinya, setelah para santri dididik dan dibekali ilmu pengetahuan agama yang memadai di pesantren dan madrasah, tibalah saatnya para santri untuk kembali kemasyarakat untuk berjuang.
Santri selalu menjadi idola di masyarakat, karena santri dianggap manusia dengan perangai dan akhlak mulia, ini yang harus santri jaga, karena kepercayaan masyarakat inilah yang dijadikan modal untuk terjun dan berjuang ditengah-tengah masyarakat. Saking percayanya masyarakat pada santri masyarakat selalu minta pertimbangan santri ada berbagai hal, walaupun itu bukan bagian dari keahlian santri tersebut, misalnya mengobati anak yang sakit.
Santri harus berani menyuarakan kebenaran, walaupun itu pahit dirasakan, perjuangan santri memang tidak mudah, apalagi di era globalisasi seperti ini arus informasi yang sedemikian dasyat sangat sulit dibendung, hal ini megakibatkan hal-hal yang tidak sesuai dengan tuntunan agama dan negara masuk begitu saja dan mudah sekali di akses, dititik inilah santri di tuntut untuk menanamkan nilai-nilai iman dan ketaqwaan di masyarakat, sehingga masyarakat mengerti mana yang layak di nikmati maupun mana yang harus dilempar ketempat sampah.
Santri dituntut mampu menjadi pemimpin di masyarakat, karena kenyataannya santri selalu di pilih masyarakat untuk menjadi pemimpin, karena dengan dipimpin santri mereka merasa nyaman dan tenang. Karena jiwa santri adalah pelindung dan pengayom.
Santri adalah penerus perjuangan para kyai, peran santri disini adalah melanjutkan peran kyai dimasa depan, karena pada dasarnya para santri adalah kader para kyai atau kyai masa depan. Maka dari itu santri harus tetap istiqomah dalam perjuangannya. Dalam tatanan kehidupan santri adalah ujung tombak perjuangan penyebaran Islam dan ajarannya, sehingga Islam tidak hanya dianggap agama yang hanya dipeluk dan jadi label KTP tapi juga dilaksanakan atau diamalkan ajarannya.
Santri selalu identik dengan penghuni tempat ibadah (Masjid/Mushalla), bukan angkruk atau tempat nongkrong diwarung-warung kopi, Santri adalah pemakmur Masjid/Mushalla dengan kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti Berjanjen/Sholawatan, Pengajian, Yasinan, tadarusan dan sebagainya.
Santri Madrasah Manabiul Falah adalah pahlawan bagi masyarakatnya, tugas kalian adalah meneruskan perjuangan para guru/kyai kalian, ilmu-ilmu guru kalian yang telah sampai ke kalian tidak sepatutnya kalau hanya untuk pengetahuan pribadi, tapi harus di sebarkan dimasyarakat, diamalkan dan dipedomani, sehingga kalian menjadi santri sesuai harapan masyarakat, santri yang mampu menjadi setetes air yang bisa menghapus dahaga, santri yang menjadi sepotong roti yang mengahapus lapar, Santri yang menjadi idola masyarakat, santri yang dihormati dan mempunyai nama harum.
Santri Madrasah Manabiul Falah ini yang bisa saya berikan semoga kalian menjadi santri yang bisa berbuat banyak dimasyarakat kalian, inilah saatnya kalian menunjukkan jatidiri kalian, jadikan masyarakat berpositif  thinking kepada kalian, khususnya almamater kalian Madrasah Manabiul Falah, sehingga kalian menjadikan kami bangga atas kalian.

*Sebuah coretan dari Aby Firda untuk anak-anakku jin-jat 2015.

Pemuda Manabi’ul Falah Agen Perubahan

Anakku, masih ingatlah kalian dengan anak usia 15 tahun yang bernama Az Zubai bin Awwan, Ia adalah sosok pemuda teman diskusi Rasulullah, anggota pasukan berkuda, tentara yang pemberani, pemimpin dakwah Islam di zamannya.
Apakah kalian juga ingat tentang,  Thalhah bin Ubaidillah, seorang pembesar utama barisan Islam di Makkah, singa podium yang handal, pelindung Nabi saat perang Uhud berkecamuk dengan tujuh puluh luka tusuk tombak, donator utama fii sabilillah, mendapat julukan dari Rasulullah: Thalhah si pemurah, Thalhah seorang Dermawan di usianya yang masih sangat muda.
Juga Sa’ad bin Abi Waqash, seorang ksatria berkuda Muslimin paling berani di saat usianya baru menginjak 17 tahun. Ia dikenal sebagai pemanah terbaik, sahabat utama yang pertama kali mengalirkan darahnya untuk Islam, lelaki yang disebut Rasulullah sebagai penduduk surga.
Ada juga seorang Zaid bin Tsabit, mendaftar jihad fii sabilillah sejak usia 13 tahun, pemuda jenius mahir baca-tulis. Hingga Rasulullah bersabda memberi perintah: “Wahai Zaid, tulislah….”. Ia mendapat tugas maha berat, menghimpun wahyu, di usia 21 tahun.
Begitu juga Usamah bin Zaid, namanya terkenal harum sejak usia 12 tahun, mukmin tangguh dan muslim yang kuat, Rasulullah menunjuknya sebagai panglima perang di usianya yang ke-20 dan memimpin armada perang menggempur negara adikuasa Romawi di perbatasan Syiria dengan kemenangan gemilang.
Kisah-kisah di atas bukanlah dongeng atau cerita fiktif. Mereka adalah manusia biasa yang nyata seperti kita, yang telah mengukir prestasi gemilang di masa mudanya. Merekalah adalah pemuda Islam yang mampu mengharumkan agama Allah dalam keremajaannya.
Di Indonesia kita mengenal tokoh-tokoh pemuda yang mempunyai peran yang sangat penting dalam rangka kemerdekaan negeri ini, mulai bagaimana sumpah pemuda, sampai peran pemuda di detik-detik proklamasi kemerdekaan.
Tidak diragukan lagi bahwa para pemuda memiliki peran yang sangat penting dalam tatanan kehidupan manusia secara umum dan masyarakat kaum muslimin secara khusus. Jika mereka adalah para pemuda yang baik dan terdidik dengan adab-adab Islam maka merekalah yang akan menyebarkan dan mendakwahkan kebaikan Islam serta menjadi nakhoda ummat ini yang akan mengantarkan mereka kepada kebaikan dunia dan akhirat.
Allah -Subhanahu wa Ta'ala- telah memberikan kepada mereka kekuatan badan dan kecemerlangan pemikiran untuk dapat melaksanakan semua hal tersebut. Berbeda halnya dengan orang yang sudah tua umurnya walaupun para orang tua ini melampaui mereka dari sisi kedewasaan dan pengalaman, hanya saja faktor kelemahan jasad -kebanyakannya- membuat mereka tidak mampu untuk mengerjakan apa yang bisa dikerjakan oleh para pemuda.
Oleh karena itulah para sahabat yang masih muda memiliki andil dan peran yang sangat besar dalam menyebarkan agama ini baik dari sisi pengajaran maupun dari sisi berjihad di jalan Allah -Subhanahu wa Ta'ala-.
Anakku, Kalian merupakan pemuda di zaman ini adalah para pewaris mereka (para pemuda dari kalangan shahabat) jika mereka mampu untuk memperbaiki diri-diri mereka, mengetahui hak dan kewajiban mereka, serta melaksanakan semua amanah yang diberikan kepada mereka yang berkaitan dengan ummat ini.
Dan bagi mereka kabar gembira dari Nabi mereka -Shallallahu alaihi wasallam- tatkala beliau bersabda dalam hadits yang shahih, “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya,” lalu beliau menyebutkan di antaranya, “Seorang pemuda yang tumbuh dalam penyembahan kepada Rabbnya.”
Perhatian Islam Kepada kalian para pemuda
Agama kita Islam yang mulia ini mempunyai perhatian yang sangat besar mengenai pertumbuhan dan perkembangan para pemuda, karena merekalah yang akan menjadi tokoh di masa yang akan datang, yang akan menggantikan dan mewarisi tugas-tugas mulia kepada ummat ini.
Berikut beberapa tuntunan Islam yang berkaitan dengan pemuda;
Pertama, Islam menuntunkan setiap lelaki untuk memilih istri yang sholihah yang akan lahir darinya anak-anak yang sholeh yang selanjutnya tumbuh menjadi para pemuda yang berakhlak islami.
Kedua, memberikan nama yang baik kepada anak, karena nama yang baik itu juga memiliki makna dan pengaruh yang baik pada akhlak sang anak, karena dia merupakan lambang dari doa atau harapan orang tua kepada Allah tentang anaknya.
Ketiga, melaksanakan nasikah/aqiqah untuk anak, karena hukumnya adalah sunnah mu`akkadah dan memiliki pengaruh yang baik kepada anak.
Ketiga perkara di atas adalah tuntunan Islam kepada para pemuda di awal pertumbuhannya.
Keempat, menaruh perhatian yang besar dalam mendidik anak ketika dia sudah memasuki usia mumayyiz dan sudah mempunyai daya tangkap (paham). Mengajarkan kepada anak-anak dan para pemuda semua perkara keagamaan dari yang paling besar sampai pada perkara yang paling kecil.
Kelima, Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan setiap anak ketika kedua orang tuanya atau salah satunya sudah berusia lanjut agar dia berbuat baik kepada keduanya atau kepada yang masih hidup di antara keduanya, dan agar sang anak mengingat pendidikan kedua orang tuanya kepadanya ketika dia masih kecil. Inilah yang merupakan kebaikan besar yang akan terus-menerus dikenang oleh sang anak ketika dia merasakan kebaikan dari kedua orang tuanya. Sehingga dia bisa berkata sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”
Wahai anakku, sebenarnya rona kebangkitan Islam ada padamu. Maka;
1.      Pelajari agama Islammu
2.      Tegakkan tauhid, berantaslah syirik dan tinggalkan maksiat apapun bentuknya.
3.      Tautkan hatimu dengan masjid.
4.      Bersiaplah untuk berdakwah di jalan Allah.
5.      Selektiflah dalam mengambil teman dekat, namun tidak kurang pergaulan.
6.      Pekalah terhadap zamanmu, inderalah zaman di mana engkau berada saat ini.
7.      Milikilah fisik dan jiwa yang sehat.
8.      Aturlah waktumu sebaik mungkin.
Dan yang terakhir, jangan lupakan dan laksanakan semua nasehat guru-gurumu serta jadilah Pemuda Manabiul Falah yang tangguh serta siap menjadi agen perubahan.

Dari Aby Firda untuk Patam MMF 2013/2014.

Tenaga Eksogen

Tenaga eksogen yaitu tenaga yang berasal dari luar bumi. Tenaga Eksogen yang mengubah bentuk muka bumi dipengaruhi oleh 3 proses yaitu : 
1. Proses Pelapukan.
    Proses pelapukan adalah proses penghancuran batuan menjadi bentuk yang lebih kecil.
    Proses pelapukan dibedakan atas 3 bentuk yaitu :
    a. Pelapukan Fisika/Mekanik.
        Pelapukan Fisika/Mekanik atau disebut pula desintregasi adalah proses penghancuran batuan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil tanpa mengubah komposisi atau susunan kimianya. seperti karena :
        1). Penyinaran Matahari.
        2). Perubahan suhu.
        3). Pembekuan air pada celah-celah batuan.
    b. Pelapukan Kimia.
        Pelapukan Kimia atau disebut pula dekomposisi adalah proses penghancuran dengan mengubah susunan kimiawi batuan yang terlapukkan. beberapa jenis pelapukan kimia adalah :
        1). Proses oksidasi.
        2). Proses Hidrolisa.
   c. Pelapukan Biologik-Mekanik.
       Pelapukan Biologik-Mekanik atau organik adalah pelapukan yang disebabkan oleh makhluk hidup, baik tumbuhan maupun binatang.
2. Proses Erosi.
    Erosi adalah proses penghancuran tanah dan kemudian dipindahkan ketempat lain oleh kekuatan air, es, angin, dan gravitasi. berdasarkan penyebabnya erasi dibagi atas 3 yaitu : 
    a. Erosi oleh air.
    b. Erosi oleh angin.
    c. Erosi oleh es atau gletser.
3. Proses Sedimentasi.
    Sedimentasi adalah proses pengendapan materi-materi hasil erosi yang dibawa oleh tenaga pengangkut seperti air, angin, gelombang laut, dan gletser. bentukan hasil pengendapan ini diantaranya adalah :
    a. Delta.
    b. Beach.
    c. Sand Dunes.
    d. Bar.
    e. Tombolo.







Sunday, January 11, 2015

Tenaga Endogen

Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi. Tenaga Endogen dibagi atas tiga kelompok yaitu :
A. Diastropisme.
    Diastropisme adalah tenaga yang bekerja dari dalam bumi yang mengakibatkan pergeseran dan perubahan posisi lapisan batuan sehingga mengubah bentuk muka bumi. Diastropisme dibedakan mejadi 2 yaitu :
a. Epirogenesis.
    Epirogenesis adalah pengangkatan jalur kerak bumi sehingga membentuk pegunungan yang berlangsung sangat lambat dan meliputi daerah yang sangat luas.
b. Orogenesis.
    Orogenesis adalah proses pembentukan pegunungan (mountain building) atau pengangkatan kerak bumi karena tumbukan lempeng.
Beberapa contoh bentukan tenaga endogen :
1. Sesar/ Faults.
    Sesar atau patahan adalah retakan pada kerak bumi akibat adanya pergeseran pada batuan.
2. Lipatan dan gejala perlipatan.
    Lipatan adalah bentuk ombak atau gelombang pada suatu lapisan kulit bumi, yang ditunjukkan oleh perlapisan batuan.
B. Vulkanisme.
     Vulkanisme adalah segala kegiatan magma dari lapisan dalam litosfer menyusup ke lapisan yang lebih atas atau sampai keluar ke permukaan bumi. Aktifitas tersebut mengakibatkan bentukan berupa kerucut  atau kubah yang berdiri sendiri dan disebut gunung api. ada beberapa tipe gunung api yaitu :
a. Gunung api corong atau maar.
    Gunung api corong atau maar yaitu gunung api hasil erupsi eksplosif atau berupa ledakan yang posisi dapur magmanya relatif dangkal sehingga gunung api tersebut berhenti aktifitasnya dengan hanya satu kali ledakan.
b. Gunung api Perisai aatau aspit.
    Gunung api Perisai aatau aspit yaitu gunung api hasil erupsi efusif atau erupsi berupa aliran.

c. Gunung api strato.
    Gunung api strato yaitu gunung api berbentuk kerucut yang tinggi dengan lereng yang curam.




Saturday, January 10, 2015

Ketampakan Alam di Perairan

Ketampakan alam di perairan, antara lain :
1. Pantai 
    Pantai adalah dataran yang berbatasan dengan laut yang bermanfaat sebagai tempat pariwisata, perikanan dan hutan bakau.
2. Sungai.
    Sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). sungai dimanfaatkan sebagai tenaga pembangkit listrik dan sarana kebutuhan hidup penduduk.
3. Danau.
    Danau adalah genangan air yang amat luas yang dikelilingi daratan.
4. Selat.
    Selat adalah perairan atau laut sempit yang menghubungkan dua buah pulau.
demikian beberapa contoh kenampakan alam perairan.


Ketampakan Alam Di Daratan

Ketampakan alam yang ada di daratan antara lain :
1. Dataran Rendah.
    Dataran rendah adalah bagian dari permukaan bumi denga letak ketinggian 0-200 m dari permukaan laut (dpl).
2. Dataran Tinggi.
    Dataran tinggi adalah daerah datar yang memiliki ketinggian lebih dari 400 m di atas permukaan laut (dpl), Contoh Alas (NAD), Kerinci (Sumbar).
3. Gunung.
    Gunung adalah sebuah bentuk tanah yang menonjol di atas wilayah sekitarnya.
4. Pegunungan.
    Pegunungan adalah bagian dari daratan yang merupakan kumpulan deretan dari gunung dengan ketinggian 700 meter diatas permukaan laut.
demikian pelajaran singkat tentang kenampakan muka bumi daratan, semoga bermanfaat.

Friday, January 9, 2015

Dalil-Dalil Tentang Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW

Oleh Prof. Dr. As-Sayyid Muhammad Al-Maliki, tentang Maulid Rasul S.A.W.


Pada bulan Rabiul Awwal ini kita menyaksikan di belahan dunia islam, kaum muslimin merayakan Maulid, Kelahiran Nabi Muhammad Saw.

Telah ratusan tahun kaum muslimin merayakan maulid Nabi Saw, Insan yang paling mereka cintai. Tetapi hingga kini masih ada saja orang yang menolaknya dengan berbagai hujjah. Diantaranya mereka mengatakan, orang-orang yang mengadakan peringatan Maulid Nabi menjadikannya sebagai Eid (Hari Raya) yang syar’i, seperti Aidul Fitri dan Aidul Adha. Padahal, peringatan itu, menurut mereka, bukanlah sesuatu yang berasal dari ajaran agama. 

Benarkah demikian? Apakah yang mereka katakan itu sesuai dengan prinsip-prinsip agama, ataukah justru sebaliknya?

Di antara ulama terkenal dunia yang banyak menjawab persoalan-persoalan seperti itu, yang banyak dituduhkan kepada Ahli Sunnah wal Jama’ah, adalah As-Sayyid Al-Muhaddits Al-Imam Muhammad bin Alawi Al-Maliki. Berikut ini adalah nukilan huraian dan ulasan beliau mengenai hal tersebut, sebagaimana termaktub dalam kitabnya 'Zikrayat wa Munasabat' dan 'Haul Al Ihtifal bi Zikra Maulid An-Nabawi Asy-Syarif'

Hari Maulid Nabi S.A.W. lebih besar, lebih agung, dan lebih mulia daripada kedua Eid. Aidul Fitri dan Aidul Adha hanya berlangsung sekali dalam setahun, sedangkan peringatan Maulid Nabi S.A.W., mengingat baginda dan sirahnya, mesti berlangsung terus, tidak terkait dengan waktu dan tempat. Hari kelahiran baginda lebih agung daripada mana-mana Eid, walaupun kita tidak menamakannya Eid.

Mengapa?

Karena baginda-lah yang membawa Eid dan pelbagai kegembiraan yang ada di dalamnya. Karena baginda juga, kita memiliki hari-hari lain yang agung dalam Islam. Jika tidak ada kelahiran baginda, tidak ada bi’tsah (dibangkitkannya beliau sebagai rasul), Nuzul Quran, Isra Mikraj, Hijrah, kemenangan dalam Perang Badar, dan Futuh Mekah, kerana semua itu terhubung langsung dengan baginda dan kelahirannya; merupakan sumber dari kebaikan-kebaikan yang besar.

Banyak dalil yang menunjukkan bolehnya memperingati Maulid yang mulia ini dan berkumpul dalam acara tersebut. Di antaranya yang disebutkan oleh Prof. DR. As Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki. Sebelum mengemukakan dalil-dalil tersebut, beliau menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan peringatan Maulid.

Pertama: Kita memperingati Maulid Nabi bukan hanya pada hari kelahirannya, tapi selalu dan selamanya, di setiap waktu dan setiap kesempatan, ketika kita mendapatkan kegembiraan, lebih-lebih lagi pada bulan kelahiran beliau, iaitu Rabi’ul Awwal, dan pada hari kelahiran baginda, hari Isnin.

Tidak layak seorang yang berakal bertanya, “Mengapa kamu memperingatinya?”  Seolah-olah dia bertanya, “Mengapa kamu bergembira dengan adanya Nabi S.A.W.?”.

Apakah sah bila pertanyaan ini timbul dari seorang yang Islam, yang mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu utusan Allah? Pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang bodoh dan tidak memerlukan jawaban. Seandainya saya, misalnya, harus menjawab, cukuplah saya menjawabnya demikian, “Saya memperingatinya karena saya gembira dan bahagia dengan baginda, saya gembira dengan baginda, sebab saya mencintainya, dan saya mencintainya sebab saya seorang mukmin”.

Kedua: Yang dimaksudkan dengan peringatan Maulid adalah, berkumpul untuk mendengarkan sirah baginda dan mendengarkan pujian-pujian tentang diri baginda, juga memberi makan orang-orang yang hadir, memuliakan orang-orang fakir dan mereka yang memerlukan, serta menggembirakan hati orang-orang yang mencintai baginda.

Ketiga: Kita tidak mengatakan bahawa peringatan Maulid itu dilakukan pada malam tertentu dan dengan cara tertentu, yang dinyatakan oleh nas-nas syariat secara jelas, seperti sembahyang, puasa, dan ibadah yang lain. Tidak macam itu. 

Peringatan Maulid tidak seperti sembahyang, puasa, dan lain-lain. Tetapi juga tidak ada dalil yang melarang peringatan ini, karena berkumpul untuk mengingat Allah dan Rasul-Nya serta hal-hal lain yang baik adalah sesuatu yang harus diberi perhatian, terutama pada bulan Maulid.

Keempat: Berkumpulnya orang untuk memperingati acara ini adalah ajakan terbesar untuk dakwah, dan merupakan kesempatan yang sangat berharga yang tak boleh diabaikan. Bahkan, para da'i dan ulama, wajib mengingatkan manusia tentang Nabinya, baik akhlaknya, hal ehwalnya, sirahnya, muamalahnya, mahupun ibadahnya. Di samping itu menasihati mereka menuju kebaikan dan kebahagiaan serta memperingatkan mereka dari bala, bidaah, keburukan, dan fitnah.
---
Yang pertama merayakan Maulid Nabi adalah Sohibul Maulid sendiri, iaitu Nabi S.A.W., sepertimana yang disebutkan dalam Hadis Sahih, yang diriwayatkan Imam Muslim bahawa, ketika baginda ditanya mengapa berpuasa pada hari Isnin, baginda menjawab, “Itu adalah hari kelahiranku.” Ini nas yang paling jelas dan terang yang menunjukkan bahawa memperingati Maulid Nabi adalah sesuatu yang dibolehkan syara’. 

Banyak dalil yang boleh kita jadikan dasar, untuk diperbolehkannya memperingati kelahiran Nabi Muhammad S.A.W.

1. Peringatan Maulid Nabi S.A.W. adalah ungkapan kegembiraan dan kesenangan dengan baginda. Bahkan orang kafir pun mendapatkan manfaat dengan kegembiraan itu; Ketika Suwaibah, hamba Abu Lahab, pakcik Nabi S.A.W., menyampaikan berita gembira tentang kelahiran Cahaya Alam Semesta itu, Abu Lahab pun memerdekakannya. Sebagai tanda suka gembira. Oleh kerana kegembiraan dan meraikan kelahiran baginda itu,di akhirat nanti siksa terhadap dirinya diringankan setiap hari Isnin dan keluar air syurga dari celahan jarinya untuk minumannya. 

Demikianlah rahmat Allah terhadap siapa pun yang bergembira atas kelahiran Nabi, termasuk juga terhadap orang kafir sekalipun. Maka jika kepada seorang yang kafir pun Allah merahmatinya, sebab bergembira atas kelahiran Nabi-Nya, bagaimanakah anugerah Allah bagi umatnya, yang iman selalu ada di hatinya?

2. Baginda sendiri mengagungkan hari kelahirannya dan bersyukur kepada Allah, pada hari itu atas nikmatNya yang terbesar kepadanya.

3. Gembira terhadap Rasulullah S.A.W. adalah perintah AI-Quran. Allah S.W.T. berfirman, 
“Katakanlah, ‘Dengan kurnia Allah dan rahmatNya, hendaklah dengan itu mereka bergembira’.”  Surah Yunus: 58

Jadi, Allah sendiri meminta kita untuk bergembira dengan rahmat-Nya, sedangkan Nabi S.A.W. merupakan rahmat yang terbesar, sebagaimana tersebut dalam Al-Quran, 
“Dan tidaklah Kami mengutusmu melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam.” Al-Anbiya’: 107

4. Nabi S.A.W. mengambil berat kaitan antara masa dan kejadian dalam Islam yang besar yang telah lalu. Apabila datang masanya hari peristiwa itu terjadi, itu merupakan kesempatan untuk mengingatnya dan mengagungkan harinya.

5. Memperingati Maulid Nabi S.A.W. mendorong kita untuk berselawat, dan selawat itu diperintahkan oleh Allah Ta’ala, 
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat atas Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuknya dan ucapkanlah salam sejahtera kepadanya.”  Al-Ahzab: 56

Apa-apa yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang dituntut oleh syara’, bererti itu juga dituntut oleh syara’. Berapa banyak manfaat dan anugerah yang diperoleh dengan membacakan salam kepadanya.

6. Dalam Maulid, disebut tentang kelahiran beliau, mukjizat-mukjizatnya, sirahnya, dan pengenalan tentang peribadinya. Bukankah kita diperintahkan untuk mengenalnya serta dituntut untuk menirunya, mengikuti perbuatannya, dan mengimani mukjizatnya?! Kitab-kitab Maulid menyampaikan semuanya dengan lengkap.

7. Maulid Nabi juga merupakan ungkapan membalas jasa baginda dengan menunaikan sebagian kewajiban kita kepadanya dengan menjelaskan sifat-sifatnya yang sempurna dan akhlaknya yang utama.
Dulu, di zaman Nabi S.A.W., para penyair datang kepada baginda menyampaikan qasidah-qasidah yang memujinya. Nabi redha dan senang dengan apa yang mereka lakukan, dan memberikan balasan kepada mereka dengan kebaikan-kebaikan. 

Jika baginda pun redha dengan orang yang memujinya, bagaimana baginda tidak redha dengan orang yang mengumpulkan keterangan tentang akhlaknya yang mulia. Hal itu juga mendekatkan diri kita kepadanya, iaitu dengan menarik kecintaannya dan keredhaannya.

8. Mengenal sikap dan peribadi baginda S.A.W., mukjizat-mukjizatnya, dan irhash-nya (kejadian-kejadian luar biasa yang Allah berikan pada diri seorang rasul sebelum diangkat menjadi rasul), menambahkan iman yang sempurna kepadanya dan menambah kecintaan terhadapnya.

Manusia itu diciptakan menyukai hal-hal yang indah, samada fizikalnya mahupun akhlaknya, ilmu maupun amal, keadaan maupun keyakinan. Dalam hal ini tidak ada yang lebih indah, lebih sempurna, dan lebih utama dibandingkan akhlak dan sikap Nabi S.A.W. Menambah kecintaan dan menyempurnakan iman adalah dua hal yang dituntut oleh syara’. Maka, apa sahaja yang menambahkannya juga merupakan tuntutan agama.

9. Mengagungkan Nabi S.A.W. itu disyariatkan, bahagia dengan hari kelahirannya dengan menampakkan kegembiraan, membuat jamuan, berkumpul untuk mengingatnya, serta memuliakan orang-orang fakir, adalah bukti mengagungkannya, kegembiraan, dan rasa syukur yang paling nyata.

10. Dalam ucapan Nabi S.A.W. tentang keutamaan hari Jumaat, disebutkan bahawa salah satu di antaranya adalah, “Pada hari itu Adam diciptakan”. 

Ini menunjukkan dimuliakannya waktu masa seorang nabi dilahirkan. Maka bagaimana dengan hari dilahirkannya nabi yang paling utama dan rasul yang paling mulia?

11. Maulid juga adalah perkara yang dipandang baik oleh para ulama dan kaum muslimin di semua negeri dan telah dilakukan di semua tempat. Sebab itu, ia dituntut oleh syara’, berdasarkan kaedah yang diambil dari hadis yang diriwayatkan Abdullah bin Mas’ud, 
“Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin, ia pun baik di sisi Allah; dan apa yang dipandang buruk oleh kaum muslimin, ia pun buruk di sisi Allah.”

12. Dalam menyambut Maulid Nabi, didalamnya berkumpulnya umat, zikir, sedekah, dan pengagungan kepada Nabi S.A.W. Semua itu hal-hal yang dituntut oleh syara’ dan terpuji.

13. Allah S.W.T. berfirman, “Dan semua kisah dari rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu (wahai Muhammad), yang dengannya Kami teguhkan hatimu:’Surah Hud: 120

Dari ayat ini nyatalah bahawa hikmah dikisahkan tentang para rasul adalah untuk meneguhkan hati Nabi. Tidak dinafikan lagi di saat ini kita pun perlu untuk menguatkan hati kita dengan berita-berita tentang baginda, lebih dari keperluan baginda akan kisah para nabi sebelumnya.

14. Bukan semua yang tidak pernah dilakukan Salafussoleh dulu dan tidak ada di awal Islam memberi erti bidaah yang munkar dan buruk. Melainkan apa yang 'baru' itu (yang belum pernah dilakukan) mesti dinilai berdasarkan dalil-dalil syara’.

15. Bukan semua bidaah itu diharamkan. Jika haram, niscaya haramlah pengumpulan Al-Quran, yang dilakukan Sayyidina Abu Bakar, Sayyidina Umar, Sayyidina Zaid, Sayyidina Usman, dan penulisannya di mushaf-mushaf karena khawatir hilang dengan wafatnya para sahabat yang hafal Al-Quran. 

Adakah haram ketika Sayyidina Umar mengumpulkan orang untuk mengikuti seorang imam ketika melakukan sembahyang Tarawih, sedangkan beliau mengatakan, “Sebaik-baik bidaah adalah ini.” 

Banyak lagi perbuatan baik yang sangat diperlukan umat Islam namun dikatakan bidaah yang haram apabila semua bidaah itu diharamkan.

16. Maulid Nabi S.A.W., meskipun tiada di zaman Rasulullah S.A.W., sehingga menjadi bidaah; adalah bidaah hasanah (bidaah yang baik). Ia termasuk di dalam dalil-dalil syara’ dan kaedah-kaedah kuliyah (yang bersifat global).

Jadi, Maulid Nabi itu bidaah jika kita hanya memandang bentuknya, bukan peranan-peranan amalan yang terdapat di dalamnya (sebagaimana terdapat dalam dalil kedua belas), karena amalan-amalan itu juga ada di zaman Nabi.

17. Semua yang tidak ada pada awal Islam dalam bentuknya, tetapi perincian-perincian amalnya ada, juga dituntut oleh syara’. Sebab, apa yang tersusun dari hal-hal yang berasal dari syara’, pun dituntut oleh syara’.

18. Imam Syafie mengatakan, “Apa-apa yang baru (yang belum ada atau dilakukan di masa Nabi S.A.W.) dan bertentangan dengan Kitabullah, sunnah, ijmak, atau sumber lain yang dijadikan pegangan, adalah bidaah yang sesat. Adapun suatu kebaikan yang baru dan tidak bertentangan dengan yang tersebut itu, adalah terpuji “
19. Setiap kebaikan yang terangkum dalam dalil-dalil syar’i, ianya tidak dimaksudkan untuk menyalahi syariat dan tidak pula mengandungi suatu kemungkaran, itu termasuk ajaran agama.

20. Maulid Nabi S.A.W. bererti menghidupkan ingatan (kenangan) tentang Rasulullah, dan itu menurut kita disyariatkan dalam Islam. Sebagaimana yang kita lihat, sebagian besar amalan haji pun menghidupkan ingatan tentang peristiwa-peristiwa terpuji yang telah lalu.

21. Semua yang disebutkan di atas, tentang dibolehkannya secara syariat peringatan Maulid Nabi S.A.W., hanyalah pada amalan-amalan atau perbuatan yang tidak disertai perbuatan-perbuatan mungkar yang tercela, yang wajib ditentang.

Adapun jika peringatan Maulid mengandung hal-hal yang disertai sesuatu yang wajib ditentang, seperti bercampurnya lelaki dan perempuan, perbuatan perbuatan yang terlarang, dan banyaknya pemborosan dan perbuatan-perbuatan lain yang tidak diredhai Sohibul Maulid, tak diragukan lagi bahwa itu diharamkan. Tetapi keharamannya itu bukan pada peringatan Maulidnya itu sendiri, melainkan pada hal-hal yang terlarang tersebut .

Wednesday, January 7, 2015

Natal

Prof. H.S. Tharick Chehab

Pada zaman purba pendewaan  matahari  lazimnya  terdapat  di negara-negara yang kebudayaannya sudah agak tinggi. Matahari sebagai  sumber  cahaya  dan  sumber  hidup.  Dewa  matahari Amaterasu    di   Jepang,   dewa   matahari   di   Tiongkok, Quetzalcoatle di Mexico dan di Peru.

Dewa Apollo atau Dionysus di antara  orang  Yunani  (Griek), Hercules di antara orang Romawi, Mithra di antara orang Iran (Persia), Adonis dan Atis di  Syria  dan  Phrygia  (Anadol), Osiris,  Isis  dan Horus di Mesir, Baal Samus dan Astarte di antara orang Babil (Babylonia) dan Karthago, dan seterusnya.
Semua  dewa  matahari  ini  dilahirkan  sekitar  tanggal  25 Desember dari seorang dara  di  sebuah  gua,  dan  dinamakan Pembawa-Terang,   Perantara,   Juru-Selamat,  Pembebas,  dan sebagainya.

Mithraism,  sebagai  diakui  oleh  St.  Jerome,  lambat-laun terdesak   di   Roma   dan   Alexandna   (Iskandaria)   oleh Christianity.   Tertullian   membenarkan   kenyataan   bahwa Mithraism  lenyap  sesudah Gereja mengambil alih warna-warni dari Mithraism.

Selanjutnya  Tertullian  berkata  bahwa  ulama  di  zamannya menganggap  sama Mithraism dengan Christianity kecuali dalam soal nama.

Padri Farrar dalam  karangannya  "Life  of  Christ"  berkata bahwa  tidak  ada  hujah  yang  memuaskan  untuk  menetapkan kelahiran Yesus pada tanggal 25 Desember. Bijbel diam  dalam hal ini, walau mengkisahkan di Lukas 2:8 "Maka dijajahan itu pun ada beberapa  orang  gembala,  yang  tinggal  di  padang menjaga   kawan  binatangnya  pada  waktu  malam."  Hal  ini memustahilkan   menerima   25   Desember   sebagai   tanggal kelahirannya  Yesus  (Natal),  karena  bulan Desember adalah puncaknya  musim  hujan  di  Palestina,  ketika  mana  tidak terdapat  kawan  binatang  atau  gembala di waktu malam pada padang Bethlehem.

Semula Natal dirayakan pada tanggal  6  January  (Epiphany), tetapi pada tahun 353 - 354 Paus Liberius merubahnya jadi 25 Desember. Tidak ada tanda-tanda perayaan Natal  sama  sekali hingga  abad  ke  IV. Baru pada tahun 534 oleh mahkamah Hari Natal dan Epiphany dihitung "Dies Non."

Gereja Griek hingga kini  merayakan  Natal  pada  tanggal  7 Januari. Baru pada kira-kira tahun 533 seorang rahib Scythia bernama Dionysius Exiguus, ketua biara  dan  ahli  nujum  di Roma,   ditugaskan   untuk   menetapkan  tanggal  dan  tahun kelahiran Yesus. Beliau  tidak  memberi  alasan-alasan  yang menguasakan  ia  untuk  menetapkan  25 Desember sebagai hari Natal, tetapi tanggal yang pasti  itu  adalah  tanggal  yang diduganya dari kelahiran kebanyakan dewa-dewa matahari. Dewa matahari Mithra dilahirkan pada tanggal 25 Desember. Osiris, dewa  matahari  orang  Mesir,  dilahirkan  pada  tanggal  27 Desember. Dewa matahari Horus dan  Apollo  pada  tanggal  28 Desember.

Adapun  tahun  yang  ditetapkan oleh rahib Dionysius Exiguus tersebut, pada abad ke IX ternyata bahwa  rahib  itu  keliru beberapa  tahun, dan diakui bahwa Herodes wafat tahun 4 S.M. Menurut Injil  karangan  Matius  2:16  raja  Herodes,  untuk melenyapkan   kemungkinan   Yesus   menjadi  "raja  sekalian Yahudi," menitahkan agar dibunuh sekalian anak-anak  berumur 2  tahun  dan  di  bawah.  Jadi  tahun kelahiran Yesus harus dimundurkan sekurang-kurangnya  sampai  4  S.M.  Kini,  para sarjana,  memilih  tahun  5  atau 6 S.M. sebagai tarikh yang lebih  cocok  dengan  kisah  dari  Injil-injil  yang  saling bertentangan.  Beberapa  ahli  sejarah  mengundurkan  sampai tahun 8 dan 10 S.M.14

Meskipun demikian, tiap Muslim, percaya akan Nabi  Isa  a.s. dan Injilnya, boleh turut merayakan Maulid Isa al-Masih, dan wajib  mengundang  setiap  orang  bukan-Muslim  untuk  turut merayakan  maulid  Nabi Muhammad s.a.w. sebagai tabligh agar
mereka mengenal Islam.

Natal yang artinya maulid, kelahiran, seperti dalam  istilah Dies  Natalis  (Hari Kelahiran), adalah satu dari kata-kata, misalnya: sekolah, gereja,  keju,  mentega,  dan  sebagainya
yang  bahasa  kita warisi dari bangsa Portugis yang beragama Katolik Roma dan yang mulai datang ke negeri kita pada akhir abad XV

Jelaslah  bahwa  Natal  adalah  Hari Kelahiran Yesus Kristus yang  diperingati  dan  dirayakan   di   gereja-gereja   dan rumah-rumah.  Diperingati  oleh  orang  Kristen  yang  salih dengan pujaan-pujaan  dan  doa-doa,  dengan  saling  memberi hadiah, dan sebagainya. Dirayakan di tempat-tempat dansa dan bar-bar dengan meminum minuman-minuman keras oleh awam  yang acuh tak acuh terhadap agamanya.

Sebagaimana    perayaan    kegerejaan   lain,   juga   Natal menggantikan perayaan orang kafir (jahil). Hari  lahir  yang sebetulnya  dari Yesus yang nama asalnya Yesyua, dan Arabnya Isa,  tidak  ada  yang  mengetahui.  Pada  zaman  itu  bukan kebiasaan  orang awam mencatat hari lahir atau hari wafatnya seseorang. Keluarga Yesus adalah orang-orang sederhana,  dan murid-muridnya  adalah  nelayan,  dan  tidak  biasanya dapat
membaca atau menulis.

Bani Israil, yakni  orang  Yahudi,  menggunakan  penanggalan qamariyah  (maanjaar,  lunar year), bukannya tahun syamsiyah (zonnejaar, solar year).

Semula kedatangan Yesus di muka  bumi  (Epiphany)  dirayakan pada  tanggal  6 Januari. Di beberapa negara, diantaranya di Armenia, kelahiran Yesus masih saja dirayakan  pada  tanggal itu.

Digesernya  ke  tanggal  25  Desember adalah karena pengaruh dari penanggalan Romawi, yang  menyebut  tanggal  itu  "dies invicti solis" yang artinya "hari dari tuhan (dewa) matahari (Mithras) yang telah dikalahkan." Yesus di-umpamakan sebagai "matahari kebenaran" dan "cahaya dunia." Tanggal 25 Desember adalah hari kelahiran Mithras, yang  asalnya  dewa  matahari Iran  yang  kemudian  dipuja di Roma. Hari minggu disebutnya
juga Zondag, Sunday, Sonntag, hari  matahari,  hari  gereja, pengganti hari Sabtu.

Juga  ada  yang berpendapat bahwa Natal itu adalah pengganti dari hari  raya  Romawi  "Saturnalia"  (dari  17  sampai  20 Desember),  atau  pengganti dari perayaan Jerman kuna "Joel" (biasanya 12 hari lamanya, dan pada  masa  itu  harus  damai benar-benar  tak  boleh  diganggu),  dan pendapat ini karena banyaknya upacara-upacara yang  bersamaan:  roti Joel  jadi roti Natal (kerstbrood).

Hari  Natal  pada  tanggal 25 Desember untuk pertama kalinya dirayakan  di  tahun  354  di  Roma  dan  di  tahun  375  di Konstantinopel  dan di tahun 387 di Antakia (Antiochie). Bak
makanan sapi, palungan (crib, kribbe) dengan anak Yesus yang ditempatkan  di  gereja waktu perayaan Natal mulai pada abad VIII, dan penempatan  kribbe  di  rumah-rumah,  sesudah  St. Franciscus  dari  Assisia  merayakan  malam  Natal  di hutan Grecio pada abad XIII

Upacara-upacara yang terbanyak berasal dari adat pada  zaman jahiliyah  seperti  pemberian  hadiah, "hulst" semacam semak atau pohon  yang  selama-lamanya  hijau  (ilex  aquifolium), ranting  dari  pohon mare (viscum album) buat mengusir setan atau arwah jahat dari istal, dan  pohon  Natal  (Kerstboom), ialah  pohon  yang  diperelok  dengan  hiasan dan lilin atau lampu-lampu.

Suasana, pada saat  Yesus  dilahirkan,  yang  dilukiskan  di Injil  karangan  Lukas  2,  tidak  cocok dengan keadaan yang sebenarnya,  karena  di  Palestina  dalam  musim  itu  tidak
layaknya  ada orang gembala di padang pada waktu malam. Juga sensus yang dititah Kaisar Agustus tak  dapat  dipertanggung jawabkan dari sudut sejarah.

Ringkasnya,   perayaan   Natal   adalah   suatu  syncretism, percampuran, dimana unsur-unsur fiction (rekaan)  dan  kafir ada lebih banyak dari unsur-unsur sejarah.