Prof.
H.S. Tharick Chehab
Pada
zaman purba pendewaan matahari lazimnya
terdapat di negara-negara
yang kebudayaannya sudah agak tinggi. Matahari sebagai sumber
cahaya dan sumber
hidup. Dewa matahari Amaterasu di
Jepang, dewa matahari
di Tiongkok, Quetzalcoatle
di Mexico dan di Peru.
Dewa
Apollo atau Dionysus di antara
orang Yunani (Griek), Hercules
di antara orang Romawi, Mithra di antara orang Iran (Persia),
Adonis dan Atis di Syria dan
Phrygia (Anadol), Osiris, Isis
dan Horus di Mesir, Baal Samus dan Astarte di antara
orang Babil (Babylonia) dan Karthago, dan seterusnya.
Semua dewa
matahari ini dilahirkan
sekitar tanggal 25 Desember
dari seorang dara di sebuah
gua, dan dinamakan Pembawa-Terang, Perantara,
Juru-Selamat, Pembebas, dan sebagainya.
Mithraism, sebagai
diakui oleh St.
Jerome, lambat-laun terdesak di
Roma dan Alexandna
(Iskandaria) oleh Christianity. Tertullian
membenarkan kenyataan bahwa Mithraism lenyap
sesudah Gereja mengambil alih warna-warni dari
Mithraism.
Selanjutnya Tertullian
berkata bahwa ulama
di zamannya menganggap sama Mithraism dengan Christianity kecuali
dalam soal
nama.
Padri
Farrar dalam karangannya "Life
of Christ" berkata bahwa tidak
ada hujah yang
memuaskan untuk menetapkan kelahiran
Yesus pada tanggal 25 Desember. Bijbel diam
dalam hal
ini, walau mengkisahkan di Lukas 2:8 "Maka dijajahan itu pun
ada beberapa orang gembala,
yang tinggal di
padang menjaga kawan
binatangnya pada waktu
malam." Hal ini memustahilkan menerima
25 Desember sebagai
tanggal kelahirannya Yesus
(Natal), karena bulan Desember adalah puncaknya musim
hujan di Palestina,
ketika mana tidak terdapat kawan
binatang atau gembala di waktu malam pada padang
Bethlehem.
Semula
Natal dirayakan pada tanggal 6 January
(Epiphany), tetapi
pada tahun 353 - 354 Paus Liberius merubahnya jadi 25 Desember.
Tidak ada tanda-tanda perayaan Natal
sama sekali hingga abad
ke IV. Baru pada tahun 534 oleh
mahkamah Hari Natal
dan Epiphany dihitung "Dies Non."
Gereja
Griek hingga kini merayakan Natal
pada tanggal 7 Januari.
Baru pada kira-kira tahun 533 seorang rahib Scythia bernama
Dionysius Exiguus, ketua biara dan ahli
nujum di Roma, ditugaskan
untuk menetapkan tanggal
dan tahun kelahiran
Yesus. Beliau tidak memberi
alasan-alasan yang menguasakan ia
untuk menetapkan 25 Desember sebagai hari Natal,
tetapi tanggal yang pasti itu adalah
tanggal yang diduganya
dari kelahiran kebanyakan dewa-dewa matahari. Dewa matahari
Mithra dilahirkan pada tanggal 25 Desember. Osiris, dewa matahari
orang Mesir, dilahirkan
pada tanggal 27 Desember.
Dewa matahari Horus dan Apollo pada
tanggal 28 Desember.
Adapun tahun
yang ditetapkan oleh rahib
Dionysius Exiguus tersebut,
pada abad ke IX ternyata bahwa
rahib itu keliru beberapa tahun, dan diakui bahwa Herodes wafat tahun 4
S.M. Menurut
Injil karangan Matius
2:16 raja Herodes,
untuk melenyapkan kemungkinan
Yesus menjadi "raja
sekalian Yahudi,"
menitahkan agar dibunuh sekalian anak-anak
berumur 2 tahun
dan di bawah.
Jadi tahun kelahiran Yesus harus dimundurkan
sekurang-kurangnya sampai 4
S.M. Kini, para sarjana, memilih
tahun 5 atau 6 S.M. sebagai tarikh yang lebih cocok
dengan kisah dari
Injil-injil yang saling bertentangan. Beberapa
ahli sejarah mengundurkan
sampai tahun
8 dan 10 S.M.14
Meskipun
demikian, tiap Muslim, percaya akan Nabi
Isa a.s. dan
Injilnya, boleh turut merayakan Maulid Isa al-Masih, dan wajib mengundang setiap
orang bukan-Muslim untuk
turut merayakan maulid
Nabi Muhammad s.a.w. sebagai tabligh agar
mereka
mengenal Islam.
Natal
yang artinya maulid, kelahiran, seperti dalam
istilah Dies Natalis
(Hari Kelahiran), adalah satu dari kata-kata, misalnya:
sekolah, gereja, keju, mentega,
dan sebagainya
yang bahasa
kita warisi dari bangsa Portugis yang beragama Katolik
Roma dan yang mulai datang ke negeri kita pada akhir abad
XV
Jelaslah bahwa
Natal adalah Hari Kelahiran Yesus Kristus yang diperingati
dan dirayakan di
gereja-gereja dan rumah-rumah. Diperingati
oleh orang Kristen
yang salih dengan
pujaan-pujaan dan doa-doa,
dengan saling memberi hadiah,
dan sebagainya. Dirayakan di tempat-tempat dansa dan bar-bar
dengan meminum minuman-minuman keras oleh awam
yang acuh
tak acuh terhadap agamanya.
Sebagaimana perayaan
kegerejaan lain, juga
Natal menggantikan
perayaan orang kafir (jahil). Hari
lahir yang sebetulnya dari Yesus yang nama asalnya Yesyua, dan
Arabnya Isa, tidak
ada yang mengetahui.
Pada zaman itu
bukan kebiasaan orang awam mencatat hari lahir atau hari
wafatnya seseorang.
Keluarga Yesus adalah orang-orang sederhana,
dan murid-muridnya adalah
nelayan, dan tidak
biasanya dapat
membaca
atau menulis.
Bani
Israil, yakni orang Yahudi,
menggunakan penanggalan qamariyah (maanjaar,
lunar year), bukannya tahun syamsiyah (zonnejaar,
solar year).
Semula
kedatangan Yesus di muka bumi (Epiphany)
dirayakan pada tanggal
6 Januari. Di beberapa negara, diantaranya di Armenia,
kelahiran Yesus masih saja dirayakan
pada tanggal itu.
Digesernya ke
tanggal 25 Desember adalah karena pengaruh dari
penanggalan Romawi, yang menyebut tanggal
itu "dies invicti
solis" yang artinya "hari dari tuhan (dewa) matahari (Mithras)
yang telah dikalahkan." Yesus di-umpamakan sebagai "matahari
kebenaran" dan "cahaya dunia." Tanggal 25 Desember adalah
hari kelahiran Mithras, yang
asalnya dewa matahari Iran yang
kemudian dipuja di Roma. Hari
minggu disebutnya
juga
Zondag, Sunday, Sonntag, hari
matahari, hari gereja, pengganti
hari Sabtu.
Juga ada
yang berpendapat bahwa Natal itu adalah pengganti dari
hari raya Romawi
"Saturnalia" (dari 17
sampai 20 Desember), atau
pengganti dari perayaan Jerman kuna "Joel" (biasanya
12 hari lamanya, dan pada masa itu
harus damai benar-benar tak
boleh diganggu), dan pendapat ini karena banyaknya
upacara-upacara yang bersamaan: roti Joel jadi roti
Natal (kerstbrood).
Hari
Natal
pada tanggal 25 Desember untuk
pertama kalinya dirayakan di
tahun 354 di
Roma dan di
tahun 375 di Konstantinopel dan di tahun 387 di Antakia (Antiochie). Bak
makanan
sapi, palungan (crib, kribbe) dengan anak Yesus yang ditempatkan di gereja
waktu perayaan Natal mulai pada abad VIII,
dan penempatan kribbe di
rumah-rumah, sesudah St. Franciscus dari
Assisia merayakan malam
Natal di hutan Grecio
pada abad XIII
Upacara-upacara
yang terbanyak berasal dari adat pada
zaman jahiliyah seperti
pemberian hadiah,
"hulst" semacam semak atau
pohon yang selama-lamanya hijau
(ilex aquifolium), ranting dari
pohon mare (viscum album) buat mengusir setan atau
arwah jahat dari istal, dan pohon Natal
(Kerstboom), ialah pohon
yang diperelok dengan
hiasan dan lilin atau lampu-lampu.
Suasana,
pada saat Yesus dilahirkan,
yang dilukiskan di Injil karangan
Lukas 2, tidak
cocok dengan keadaan yang sebenarnya, karena
di Palestina dalam
musim itu tidak
layaknya
ada orang gembala di padang pada waktu
malam. Juga sensus
yang dititah Kaisar Agustus tak
dapat dipertanggung jawabkan
dari sudut sejarah.
Ringkasnya, perayaan
Natal adalah suatu
syncretism, percampuran,
dimana unsur-unsur fiction (rekaan) dan kafir ada lebih banyak dari unsur-unsur sejarah.
No comments:
Post a Comment