Wednesday, January 7, 2015

Natal

Prof. H.S. Tharick Chehab

Pada zaman purba pendewaan  matahari  lazimnya  terdapat  di negara-negara yang kebudayaannya sudah agak tinggi. Matahari sebagai  sumber  cahaya  dan  sumber  hidup.  Dewa  matahari Amaterasu    di   Jepang,   dewa   matahari   di   Tiongkok, Quetzalcoatle di Mexico dan di Peru.

Dewa Apollo atau Dionysus di antara  orang  Yunani  (Griek), Hercules di antara orang Romawi, Mithra di antara orang Iran (Persia), Adonis dan Atis di  Syria  dan  Phrygia  (Anadol), Osiris,  Isis  dan Horus di Mesir, Baal Samus dan Astarte di antara orang Babil (Babylonia) dan Karthago, dan seterusnya.
Semua  dewa  matahari  ini  dilahirkan  sekitar  tanggal  25 Desember dari seorang dara  di  sebuah  gua,  dan  dinamakan Pembawa-Terang,   Perantara,   Juru-Selamat,  Pembebas,  dan sebagainya.

Mithraism,  sebagai  diakui  oleh  St.  Jerome,  lambat-laun terdesak   di   Roma   dan   Alexandna   (Iskandaria)   oleh Christianity.   Tertullian   membenarkan   kenyataan   bahwa Mithraism  lenyap  sesudah Gereja mengambil alih warna-warni dari Mithraism.

Selanjutnya  Tertullian  berkata  bahwa  ulama  di  zamannya menganggap  sama Mithraism dengan Christianity kecuali dalam soal nama.

Padri Farrar dalam  karangannya  "Life  of  Christ"  berkata bahwa  tidak  ada  hujah  yang  memuaskan  untuk  menetapkan kelahiran Yesus pada tanggal 25 Desember. Bijbel diam  dalam hal ini, walau mengkisahkan di Lukas 2:8 "Maka dijajahan itu pun ada beberapa  orang  gembala,  yang  tinggal  di  padang menjaga   kawan  binatangnya  pada  waktu  malam."  Hal  ini memustahilkan   menerima   25   Desember   sebagai   tanggal kelahirannya  Yesus  (Natal),  karena  bulan Desember adalah puncaknya  musim  hujan  di  Palestina,  ketika  mana  tidak terdapat  kawan  binatang  atau  gembala di waktu malam pada padang Bethlehem.

Semula Natal dirayakan pada tanggal  6  January  (Epiphany), tetapi pada tahun 353 - 354 Paus Liberius merubahnya jadi 25 Desember. Tidak ada tanda-tanda perayaan Natal  sama  sekali hingga  abad  ke  IV. Baru pada tahun 534 oleh mahkamah Hari Natal dan Epiphany dihitung "Dies Non."

Gereja Griek hingga kini  merayakan  Natal  pada  tanggal  7 Januari. Baru pada kira-kira tahun 533 seorang rahib Scythia bernama Dionysius Exiguus, ketua biara  dan  ahli  nujum  di Roma,   ditugaskan   untuk   menetapkan  tanggal  dan  tahun kelahiran Yesus. Beliau  tidak  memberi  alasan-alasan  yang menguasakan  ia  untuk  menetapkan  25 Desember sebagai hari Natal, tetapi tanggal yang pasti  itu  adalah  tanggal  yang diduganya dari kelahiran kebanyakan dewa-dewa matahari. Dewa matahari Mithra dilahirkan pada tanggal 25 Desember. Osiris, dewa  matahari  orang  Mesir,  dilahirkan  pada  tanggal  27 Desember. Dewa matahari Horus dan  Apollo  pada  tanggal  28 Desember.

Adapun  tahun  yang  ditetapkan oleh rahib Dionysius Exiguus tersebut, pada abad ke IX ternyata bahwa  rahib  itu  keliru beberapa  tahun, dan diakui bahwa Herodes wafat tahun 4 S.M. Menurut Injil  karangan  Matius  2:16  raja  Herodes,  untuk melenyapkan   kemungkinan   Yesus   menjadi  "raja  sekalian Yahudi," menitahkan agar dibunuh sekalian anak-anak  berumur 2  tahun  dan  di  bawah.  Jadi  tahun kelahiran Yesus harus dimundurkan sekurang-kurangnya  sampai  4  S.M.  Kini,  para sarjana,  memilih  tahun  5  atau 6 S.M. sebagai tarikh yang lebih  cocok  dengan  kisah  dari  Injil-injil  yang  saling bertentangan.  Beberapa  ahli  sejarah  mengundurkan  sampai tahun 8 dan 10 S.M.14

Meskipun demikian, tiap Muslim, percaya akan Nabi  Isa  a.s. dan Injilnya, boleh turut merayakan Maulid Isa al-Masih, dan wajib  mengundang  setiap  orang  bukan-Muslim  untuk  turut merayakan  maulid  Nabi Muhammad s.a.w. sebagai tabligh agar
mereka mengenal Islam.

Natal yang artinya maulid, kelahiran, seperti dalam  istilah Dies  Natalis  (Hari Kelahiran), adalah satu dari kata-kata, misalnya: sekolah, gereja,  keju,  mentega,  dan  sebagainya
yang  bahasa  kita warisi dari bangsa Portugis yang beragama Katolik Roma dan yang mulai datang ke negeri kita pada akhir abad XV

Jelaslah  bahwa  Natal  adalah  Hari Kelahiran Yesus Kristus yang  diperingati  dan  dirayakan   di   gereja-gereja   dan rumah-rumah.  Diperingati  oleh  orang  Kristen  yang  salih dengan pujaan-pujaan  dan  doa-doa,  dengan  saling  memberi hadiah, dan sebagainya. Dirayakan di tempat-tempat dansa dan bar-bar dengan meminum minuman-minuman keras oleh awam  yang acuh tak acuh terhadap agamanya.

Sebagaimana    perayaan    kegerejaan   lain,   juga   Natal menggantikan perayaan orang kafir (jahil). Hari  lahir  yang sebetulnya  dari Yesus yang nama asalnya Yesyua, dan Arabnya Isa,  tidak  ada  yang  mengetahui.  Pada  zaman  itu  bukan kebiasaan  orang awam mencatat hari lahir atau hari wafatnya seseorang. Keluarga Yesus adalah orang-orang sederhana,  dan murid-muridnya  adalah  nelayan,  dan  tidak  biasanya dapat
membaca atau menulis.

Bani Israil, yakni  orang  Yahudi,  menggunakan  penanggalan qamariyah  (maanjaar,  lunar year), bukannya tahun syamsiyah (zonnejaar, solar year).

Semula kedatangan Yesus di muka  bumi  (Epiphany)  dirayakan pada  tanggal  6 Januari. Di beberapa negara, diantaranya di Armenia, kelahiran Yesus masih saja dirayakan  pada  tanggal itu.

Digesernya  ke  tanggal  25  Desember adalah karena pengaruh dari penanggalan Romawi, yang  menyebut  tanggal  itu  "dies invicti solis" yang artinya "hari dari tuhan (dewa) matahari (Mithras) yang telah dikalahkan." Yesus di-umpamakan sebagai "matahari kebenaran" dan "cahaya dunia." Tanggal 25 Desember adalah hari kelahiran Mithras, yang  asalnya  dewa  matahari Iran  yang  kemudian  dipuja di Roma. Hari minggu disebutnya
juga Zondag, Sunday, Sonntag, hari  matahari,  hari  gereja, pengganti hari Sabtu.

Juga  ada  yang berpendapat bahwa Natal itu adalah pengganti dari hari  raya  Romawi  "Saturnalia"  (dari  17  sampai  20 Desember),  atau  pengganti dari perayaan Jerman kuna "Joel" (biasanya 12 hari lamanya, dan pada  masa  itu  harus  damai benar-benar  tak  boleh  diganggu),  dan pendapat ini karena banyaknya upacara-upacara yang  bersamaan:  roti Joel  jadi roti Natal (kerstbrood).

Hari  Natal  pada  tanggal 25 Desember untuk pertama kalinya dirayakan  di  tahun  354  di  Roma  dan  di  tahun  375  di Konstantinopel  dan di tahun 387 di Antakia (Antiochie). Bak
makanan sapi, palungan (crib, kribbe) dengan anak Yesus yang ditempatkan  di  gereja waktu perayaan Natal mulai pada abad VIII, dan penempatan  kribbe  di  rumah-rumah,  sesudah  St. Franciscus  dari  Assisia  merayakan  malam  Natal  di hutan Grecio pada abad XIII

Upacara-upacara yang terbanyak berasal dari adat pada  zaman jahiliyah  seperti  pemberian  hadiah, "hulst" semacam semak atau pohon  yang  selama-lamanya  hijau  (ilex  aquifolium), ranting  dari  pohon mare (viscum album) buat mengusir setan atau arwah jahat dari istal, dan  pohon  Natal  (Kerstboom), ialah  pohon  yang  diperelok  dengan  hiasan dan lilin atau lampu-lampu.

Suasana, pada saat  Yesus  dilahirkan,  yang  dilukiskan  di Injil  karangan  Lukas  2,  tidak  cocok dengan keadaan yang sebenarnya,  karena  di  Palestina  dalam  musim  itu  tidak
layaknya  ada orang gembala di padang pada waktu malam. Juga sensus yang dititah Kaisar Agustus tak  dapat  dipertanggung jawabkan dari sudut sejarah.

Ringkasnya,   perayaan   Natal   adalah   suatu  syncretism, percampuran, dimana unsur-unsur fiction (rekaan)  dan  kafir ada lebih banyak dari unsur-unsur sejarah.

No comments:

Post a Comment